Rinduku tersangkut di sela-sela perdu yang merimbun di pusaramu
tulisan nama di nisan itu sebagian terhapus waktu
duh ayah, lebih tigapuluh tahun hadirmu kutunggu di mimpiku
mengajak keliling kota naik vespa seperti dulu
bercerita tentang harapanmu tentang aku
dengan mata bercahaya dan wajah penuh cinta
siang ini, ayah, sunyi pekuburan mewakili sunyinya hati
tak ada air selain bening dari pipi
yang membasuh debu
di nisanmu
Lebih tigapuluh tahun kurindukan genggaman tanganmu
yang membimbing dan mengangkat tubuhku
ke sadel boncengan vespa abu-abu itu
erat tanganku berpegangan sambil terpejam bersender dipunggungmu
Begitu saja kenangan lalu lalang, menemani sebaris doa yang kubisikkan pelan
bersama titipan salam dan rindu, dari anak-anakmu di seberang
:Ayah, tak pernah usai rinduku
tak pernah putus doaku
apakah ayah juga masih ingat aku?
Jakarta, Feb 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar